Senin, 23 November 2009

Love that never ends

(Unconditional love and never ending ...)

There are a couple who sold yellow rice. In a housing complex in Jati Bening. Their age was no longer young. The husband may have been older than 70, while his wife about the 60's. Around them there are some other carts that also sells food for breakfast. But from everything, only those carts fairly quiet.

Every morning, on his way to the office, I always pass those carts that always quiet. The cart was nothing special. Quite simple. Its sales were standard.

Every morning too, a couple was sitting to keep their carts in a position that is always the same. The husband sat outside the wagon, while his wife at his side. If there are buyers, the husband was with difficulty standing from a chair (sometimes helped his wife) and with a friendly greeting shoppers.

If the buyer wants to eat in place, the husband tidying his seat, while his wife prepared yellow rice dish and handed it to her husband to be given to the customer. If the buyer wants it wrapped in yellow rice, the wife prepared yellow rice paper, and handed the bundle of rice at her husband to be submitted to the customer.

We're lonely customer, the couple was sitting still. Occasionally if his wife rather sleepily, he rubbed her back. Or if her husband was sweating, his wife swiftly took a handkerchief and wiped the sweat of her husband.

If you're honest, they are yellow rice is not too special. Very standard. But, if I am looking for breakfast, I always buy the yellow rice in their place. Not least special. But more because of their love that makes me motivated to always stop by.

In simplicity, when difficult and sad because there are no customers, they are still together. The husband was never scold her cook incompetence. The wife has never been angry because her husband's movements are so slow in serving the customer. He even gave her husband a chance to serve customers.

They were always together, and mutually supportive, even during very difficult one.
To this day, I've spent 10 years there, they still remain in the same place, selling yellow rice, and always be the same. Management simplicity. Loving. And strengthen each other in the difficult.

If you visit Bekasi, you can stop by the highway Bening Jati Indah complex. Not hard to find them a simple carts. Find the most deserted wagon customers. They sell from 07.00 am until noon (probably around 11:00, because I had to work at 11:00, they were not there). Honestly, their yellow rice is the standard & not as complete as the other yellow rice wagons around them. However, they love to make simple food was so delicious. Love so sincere, simple, what it is. Even though in distress, they remain mutually reinforcing.

A story of extraordinary love. Could we be like them?

May God have mercy for us all. Aamiin.

The main source of writing : Nazaro - Aceh Forum
This article has been translated into English, before writing to Indonesian


Kamis, 19 November 2009

Bersyukur dan bahagia


Bahagia merupakan dambaan setiap manusia yang hidup di dunia ini tentunya. Kita pun berharap akan bahagia juga saat di alam setelah dunia, yaitu akhirat. Kesemuanya itu bisa kita raih, jika diri kita selalu bersyukur atas nikmat-nikmatNYA yang begitu melimpah. Syukur akan mendekatkan kita pada kebahagiaan yang sebenarnya.

Kisah yang ada di dalam tulisan berikut akan mengupasnya untuk kita, sahabat terbaik..
Smoga bermanfaat...
This is it..!

===================================================

Alkisah, ada seorang pedagang kaya yang merasa dirinya tidak bahagia. Dari pagi-pagi buta, dia telah bangun dan mulai bekerja. Siang hari bertemu dengan orang-orang untuk membeli atau menjual barang. Hingga malam hari, dia masih sibuk dengan buku catatan dan mesin hitungnya. Menjelang tidur, dia masih memikirkan rencana kerja untuk keesokan harinya. Begitu hari-hari berlalu.

Suatu pagi sehabis mandi, saat berkaca, tiba-tiba dia kaget saat menyadari rambutnya mulai menipis dan berwarna abu-abu.

"Akh. Aku sudah menua. Setiap hari aku bekerja, telah menghasilkan kekayaan begitu besar! Tetapi kenapa aku tidak bahagia? Ke mana saja aku selama ini?"

Setelah menimbang, si pedagang memutuskan untuk pergi meninggalkan semua kesibukannya dan melihat kehidupan di luar sana. Dia berpakaian layaknya rakyat biasa dan membaur ke tempat keramaian.

"Duh, hidup begitu susah, begitu tidak adil! Kita telah bekerja dari pagi hingga sore, tetapi tetap saja miskin dan kurang," terdengar sebagian penduduk berkeluh kesah.

Di tempat lain, dia mendengar seorang saudagar kaya; walaupun harta berkecukupan, tetapi tampak sedang sibuk berkata-kata kotor dan memaki dengan garang. Tampaknya dia juga tidak bahagia.
Si pedagang meneruskan perjalanannya hingga tiba di tepi sebuah hutan. Saat dia berniat untuk beristirahat sejenak di situ, tiba-tiba telinganya menangkap gerak langkah seseorang dan teriakan lantang,
"Huah! Tuhan, terima kasih. Hari ini aku telah mampu menyelesaikan tugasku dengan baik. Hari ini aku telah pula makan dengan kenyang dan nikmat. Terima kasih Tuhan, Engkau telah menyertaiku dalam setiap langkahku. Dan sekarang, saatnya hambamu hendak beristirahat."

Setelah tertegun beberapa saat dan menyimak suara lantang itu, si pedagang bergegas mendatangi asal suara tadi. Terlihat seorang pemuda berbaju lusuh telentang di rerumputan. Matanya terpejam. Wajahnya begitu bersahaja.

Mendengar suara di sekitarnya, dia terbangun. Dengan tersenyum dia menyapa ramah, "Hai, Pak Tua. Silahkan beristirahat di sini."

"Terima kasih, Anak Muda. Boleh bapak bertanya?" tanya si pedagang.

"Silakan."

"Apakah kerjamu setiap hari seperti ini?"

"Tidak, Pak Tua. Menurutku, tak peduli apapun pekerjaan itu, asalkan setiap hari aku bisa bekerja
dengan sebaik2nya dan pastinya aku tidak harus mengerjakan hal sama setiap hari. Aku senang, orang yang kubantu senang, orang yang membantuku juga senang, pasti Tuhan juga senang di atas sana. Ya kan? Dan akhirnya, aku perlu bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan atas semua pemberiannya ini".

Sahabat terbaik,
Kenyataan di kehidupan ini, kekayaan, ketenaran, dan kekuasaan sebesar apapun tidak menjamin rasa bahagia. Bisa kita baca kisah hidup seorang maha bintang Michael Jackson yang meninggal belum lama ini, yang berhutang di antara kelimpahan kekayaannya. Dia hidup menyendiri dan kesepian di tengah keramaian penggemarnya; tidak bahagia di tengah hiruk pikuk bumi yang diperjuangkannya.
Entah seberapa kontroversial kehidupan Jacko.
Tetapi, yah... setidaknya, dia telah berusaha berbuat yang terbaik dari dirinya untuk umat manusia lainnya.

Mari, hindari diri ini untuk tidak menjadi budak materi.
Mampu bersyukur merupakan kebutuhan manusia. Mari kita berusaha memberikan yang terbaik bagi diri kita sendiri, lingkungan kita, dan bagi manusia-manusia lainnya. Sehingga, kita senantiasa bisa menikmati hidup ini penuh dengan sukacita, syukur, dan bahagia.



Di kutip dari tulisan : andriewongso.com

Bentuk Keadilan Tuhan Dalam Hidupku.

Rasa syukur yang dalam kuhaturkan kepadaMU, Ya Rabb… bahwa ketika aku dilahirkan… Aku bertemu dengan sosok yang begitu mengasihi dan menyayangi diriku.

Meski Engkau berkehendak di hari itu…hari pertama di bulan april...ketika itu ibuku meninggalkan ayahku, aku, adikku dan keluarga kami untuk selamanya…saat Ibu harus pergi menghadap Tuhan untuk selamanya.

Ibu… walau kini kita tak bersama ibu… aku tidak pernah kehilangan kasih… aku tetap memiliki kelembutan dari dalam hati dan diri ini… karena aku dilahirkan oleh ibu… yang memiliki kasih yang abadi dalam diri Ibu.. Sebuah Anugrah Abadi dari Tuhan.

Ibu.. Aku rindu padamu… Kalaulah boleh aku meminta…. jangankan wajah.. walau hanya sebatas bayanganmu aku ingin melihatmu ada….. walau hanya sedetik ada dan berdiri di depanku.

Ada kerinduan amat sangat selama ini untuk merasakan kasih sayangmu…. belaian tangan lembutmu… sama seperti aku melihat orang lain begitu hangat..nyaman.. damai bahagia dalam pelukan ibunda tercinta… bahkan aku melihat saat dewasa pun mereka begitu akrab… di saat yang lain wujud keakraban itu dapat kulihat ketika sang ibu menyuapi anaknya yang sudah dewasa… terbayang betapa bahagianya…. terlukis sebuah rasa bahagia yang sulit untuk diungkapkan…

Namun.. kuasa Tuhanku.. Anugrah Tuhanku… memang tidak akan pernah bisa dibayangkan… tidak dapat terpikirkan… keadilan yang luar biasa Tuhanku nyatakan dalam kehidupanku…
Kini, aku masih memiliki keluarga / orang tua, ayah yang begitu sayang… begitu luar biasa perhatiannya untukku dan adikku… sungguh sebuah wujud kasih yang tidak akan pernah mampu terbalaskan walau dengan apapun…


TUHANKU…ENGKAU tahu… Bahwa aku selalu berdo'a memohon kepadaMU, sayangilah keluarga ini… Aku sadar bahwa aku tidak akan pernah mampu membalas kasih dan perhatian yang begitu luar biasa besar dalam kehidupanku ini.

Hanya yang mampu aku berikan adalah do'aku dan yang mampu kuucapkan adalah ungkapan
terima kasih yang sebesar-besarnya…
Inilah bentuk keadilan Tuhan dalam hidupku… Aku yakin hal ini pasti terjadi juga pada yang lain.

Oleh karena itu, sahabat terbaik. Bagi yang masih memiliki ibu… jangan tunggu lagi… sayangi dan bahagiakanlah ibu… Namun.. kini bagi yang tidak bersama lagi dengan ibu.. yakinlah bahwa kasih dan kelembutan hatinya akan terus dan tetap menjadi bagian dalam kehidupan anaknya.
Amin....


Di dasarkan dari kisahku & sahabatku, Meslay Nus...Trima kasih atas segala petuah& kisahnya...^^




Don't Quit...!

When things go wrong as they sometimes will,

When the road you're trudging seems all up hill,

When the funds are low and the debts are high

And you want to smile, but you have to sigh,

When care is pressing you down a bit,

Rest if you must, but don't you quit.

Life is queer with its twists and turns,

As every one of us sometimes learns,

And many a failure turns about

Don't give up though the pace seems slow--

You may succeed with another blow,

Success is failure turned inside out--

The silver tint of the clouds of doubt,

And you never can tell how close you are,

It may be near when it seems so far;

So stick to the fight when you're hardest hit--

It's when things seem worst that you must not quit.

- Edgar A. Guest

Setan pun punya rasa takut

Seorang manusia bertemu dengan setan saat waktu subuh.
Entah bagaimana awalnya, akhirnya mereka berdua sepakat mengikat tali persahabatan. Ketika waktu subuh berakhir dan orang itu tidak mengerjakan shalat, maka setan pun
sambil tersenyum bergumam, "Orang ini memang pantas menjadi sahabatku..! "
Begitu juga ketika waktu dzuhur orang ini tidak mengerjakan shalat, setan
tersenyum lebar sambil membatin, "Rupanya inilah bakal teman sejatiku di
akhirat nanti..!"

Namun, ketika waktu ashar hampir usai dan sahabat setan itu dilihat masih
asyik juga dengan aktivitasnya (internet dan chating), Sang Setan terlihat mulai terdiam ...... Kemudian ketika datang saat magrib, sahabatnya itu ternyata tidak shalat
juga, maka Setan nampak mulai gelisah, senyumnya mulai berubah menjadi
kecut. Dari wajahnya nampak bahwa ia seolah-olah sedang mengingat-ingat
sesuatu.

Dan akhirnya ketika dilihatnya sahabatnya itu tidak juga mengerjakan
shalat Isya, maka setan itu betul-betul mulai panik. Ia rupanya tidak bisa
menahan diri lagi, dihampirinya sahabatnya yang manusia itu sambil berkata
dengan penuh ketakutan, "Wahai sobat, aku terpaksa memutuskan persahabatan
kita !" ..

Dengan keheranan manusia ini bertanya, "Kenapa engkau ingkar janji
bukankah baru tadi pagi kita berjanji akan menjadi sahabat ?"
"Aku takut !", jawab setan dengan suara gemetar. "Nenek moyang ku saja
yang dulu hanya sekali membangkang pada perintah-Nya, yaitu ketika menolak
disuruh sujud pada "Adam", telah dilaknat-Nya; apalagi engkau yang hari ini
saja kusaksikan sudah LIMA KALI membangkang untuk bersujud pada-Nya. Tidak
terbayangkan olehku bagaimana besarnya murka Allah kepadamu !", kata setan
sambil bergegas pergi ....


Sudahkah Anda Shalat ?
Rasul SAW bersabda: "Sebarkanlah ajaranku walau hanya satu ayat" (Al Hadits)


Nilai Sebuah Kehidupan

Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati kesehariannya dengan baik.

Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.

"Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini," katanya dalam hati.

Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.

Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut.

"Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini."

Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon,

"Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya."

Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda,

"Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini."

Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir,

"Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain".

Segera timbul kesadaran baru.

"Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain".

Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.

===========================================
Nah, sahabat terbaik silakan mengambil hikmah dari kisah di atas. Smoga bermanfaat...^^

Sumber: andriewongso.com

Sayatan rindu

Sayatan rindu
(by: penyairlembahbiru)

Berpijak dalam rentang malam, berdiri di atas tonggak kelam

Menatap goresan goresan bintang jatuh, penuhi asa dalam langit gelap

terdiam dalam lantunan kesedihan, berkubang dalam pancuran kerinduan,

kemanakah kekasih berada?


Ibarat jeritan jeritan tak bersuara, tak terdengar oleh telinga insan

mencoba menggapai resah, hilangkan rasa yang terikat dalam lubuk hati

tak adakah tempat untuk rindu bersandar, melainkan gubuk hati milik engkau,

dimanakah kekasih berada?


Senja menjadi mainan ujung hari, merona dalam dunia yang letih

desir ombak berputar dalam nyanyian pantai, mencoba mengusik karang yang angkuh

aku terdiam dalam sajak sajak nelayan, berkesah pada buih buih ombak...

kapankah angin membawamu pulang?


Musim telah berpulang bersama waktu, tinggalkan jejak bisu dalam hidupku

rintik hujan bernyanyi tentang cinta, badai runtuhkan mahligai sang insan

puing rindu terhanyut sungai mimpi, alirkan asa berpulang dalam pelukan kasih

kembalilah jika waktu memanggil...


Hari telah merengut detik detik sunyi, detak jam tiada terdengar dalam nyanyian insan

aku masih di sini bertopang dagu, pikirkan kemanakah rindu ingin membawa

kertas kosong pada mejaku menuntut tinta, tiada kata menghampiri putihnya.

Hanya kekosongan asa dalam bilik hati, hanya senyap dalam bibir yang berucap,

kapankah aku sembuhkan sayatan ini?

Sayatan rindu yang mengaduh dan menarikan darah cinta,

hanya untuk sang kasih....

Breaking The Habit...or Just by Habit?

Just By Habit
The Best Poem of United Nations '08,
Ecology Categories


People are rushing somewhere… just by habit,

Throwing litter everywhere… just by habit,

Polluting the air with cars… just by habit,

Raising animals… just by habit,

Killing them brutally and ruthlessly… just by habit,

Cooking them deliciously and eating them… just by habit,

Then getting sick again… just by habit.

They never contemplate… just by habit,

That frittering away their lives… just by habit,

They die for nothing… just by habit.

And they even don’t want to know..

That with all these...

They kill our planet as well… just by habit.

Learn From The Rain

Hujan. Umumnya orang akan kesal, menggerutu dan bermuka masam ketika hujan turun.
Mengapa? karena jalanan menjadi becek, macet dimana-mana, rumah/kantor pun jadi kotor. Pekerjaan rumah pun menjadi bertambah. Harus mengepel, harus sabar ketika jemuran tidak kunjung kering, harus memperbaiki atap yang bocor dan sebagainya.

Apalagi jika di kota megapolitan seperti Jakarta, jika hujan terus menerus. Mudah di tebak. Wilayah Jakarta dan sekitarnya pun akan banjir!.
Jadi, bagaimana kita harus bersikap ketika hujan turun ke bumi?
Mudah2 an cerita di bawah ini, dapat membuat kita lebih membuka pikiran dan hati kita...
Smoga bermanfaat...
This is it...!
====================================================
(Kisah si anak katak yang Takut dengan Pertanda Hujan)

Ada kegundahan tersendiri yang dirasakan seekor anak katak ketika langit tiba-tiba gelap. “Bu, apa kita akan binasa. Kenapa langit tiba-tiba gelap?” ucap anak katak sambil merangkul erat lengan induknya. Sang ibu menyambut rangkulan itu dengan belaian lembut.

“Anakku,” ucap sang induk kemudian. “Itu bukan pertanda kebinasaan kita. Justru, itu tanda baik.” jelas induk katak sambil terus membelai. Dan anak katak itu pun mulai tenang.

Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba angin bertiup kencang. Daun dan tangkai kering yang berserakan mulai berterbangan. Pepohonan meliuk-liuk dipermainkan angin. Lagi-lagi, suatu pemandangan menakutkan buat si katak kecil. “Ibu, itu apa lagi? Apa itu yang kita tunggu-tunggu?” tanya si anak katak sambil bersembunyi di balik tubuh induknya.

“Anakku. Itu cuma angin,” ucap sang induk tak terpengaruh keadaan.
“Itu juga pertanda kalau yang kita tunggu pasti datang!” tambahnya begitu menenangkan. Dan anak katak itu pun mulai tenang. Ia mulai menikmati tiupan angin kencang yang tampak menakutkan.

“Blarrr!!!” suara petir menyambar-nyambar. Kilatan cahaya putih pun kian menjadikan suasana begitu menakutkan. Kali ini, si anak katak tak lagi bisa bilang apa-apa. Ia bukan saja merangkul dan sembunyi di balik tubuh induknya. Tapi juga gemetar.
“Buuu, aku sangat takut. Takut sekali!” ucapnya sambil terus memejamkan mata.

“Sabar, anakku!” ucapnya sambil terus membelai. “Itu cuma petir. Itu tanda ketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi datang! Keluarlah. Pandangi tanda-tanda yang tampak menakutkan itu. Bersyukurlah, karena hujan tak lama lagi datang,” ungkap sang induk katak begitu tenang.

Anak katak itu mulai keluar dari balik tubuh induknya. Ia mencoba mendongak, memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liukkan dahan, dan sambaran petir yang begitu menyilaukan. Tiba-tiba, ia berteriak kencang, “Ibu, hujan datang. Hujan datang! Horeeee!”

**

Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan. Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan. Tidak disegarkan dengan wewangian harum.

Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan. Persis seperti anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan. Padahal, itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.

Benar apa yang diucapkan induk katak: jangan takut melangkah, jangan sembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi. Karena hujan yang ditunggu, Insya Allah, akan datang. Bersama kesukaran ada kemudahan. Sekali lagi, bersama kesukaran ada kemudahan (Q.S. 94: 5-6)

sumber :
- Qur'an
- hujan
- alam
- kaskus.us
- diri sendiri

Do'a seorang hamba yang berharap di pertemukan dengan pasangan terbaiknya...

Ya Rabb...
Seandainya telah Engkau catatkan dia akan menjadi teman menapaki hidup, satukanlah hatinya dengan hatiku.

Titipkanlah kebahagiaan diantara kami agar kemesraan itu abadi..

Ya Tuhanku yang Maha Pengasih, seiringkanlah kami melayari hidup ini ke tepian yang sejahtera dan abadi...

Tetapi ya Allah... Seandainya telah Engkau takdirkan,dia bukan milikku.
Bawalah ia jauh dari pandanganku, luputkanlah ia dari ingatanku.
Ambillah kebahagiaan ketika dia ada disisiku, dan peliharalah aku dari kekecewaan.

Ya Rabbana, Tuhan Yang Maha Mengerti...
Berikanlah aku kekuatan melontar bayangannya jauh ke dada langit.
Hilang bersama senja nan merah, agarku bisa berbahagia walaupun tanpa dirinya...

Ya Allah yang tercinta...
Gantikanlah yang telah hilang, tumbuhkanlah kembali yang telah patah.
Walaupun tidak sama dengan dirinya,

Ya Rabbul 'Izzati...
Pasrahkanlah aku dengan takdirMU.
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan,
adalah yang terbaik untukku, karena Engkau Maha Mengetahui.

Segala yang terbaik untuk hambaMU ini, Ya Rahim...
Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku
Di dunia dan di akhirat kelak.

Dengarlah rintihan dari hambaMU yang dhoif ini.
Jangan Engkau biarkan aku sendiri, di dunia ini maupun di akhirat.
Menjuruskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran.

Maka karuniakanlah kepadaku seorang pasangan yang beriman
Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup
ke jalan yang Engkau ridhoi...

Dan karuniai aku keturunan yang sholeh dan sholihah.
Aamiin...

sumber: ada pada yang memposting tulisan ini

Children who prayed not to win


Anak yang berdoa bukan untuk menang


Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak bernama Rossi. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Rossi lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsingkan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.

Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Rossi bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalurl lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 “pembalap” kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya.

Namun, sesaat kemudian, Rossi meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan yang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, “Ya, aku siap!”

Dor. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing.

“Ayo…ayo…cepat…cepat, maju…maju”, begitu teriak mereka.

Ahha… sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan Mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Rossi.
Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati “Terima kasih.”

Saat pembagian piala tiba. Rossi maju ke depan podium dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya.

“Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?”.

Rossi terdiam.

“Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan” ujar Rossi.

Ia lalu melanjutkan, “Sepertinya, tidak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongmu mengalahkan orang lain. Aku , hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah.” Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.

Hikmah :

Anak-anak tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Rossi, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Rossi, tidak memohon kepada Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun, Rossi, berdo'a kepada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga.

Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukanlah yang kita butuh adalah bimbingan-NYA, tuntunan- NYA, dan panduan-NYA?

Kita sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tidak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah. Sesungguhnya, Tuhan sedang menguji setiap hamba-Nya yang shaleh.



sumber : http://alyas-arnhas.blogspot.com/